Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pertumbuhan Ekonomi
Pertama, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan khususnya konvergensi TIK dapat mendorong kemajuan teknis dan peningkatan total factor productivity (TFP), baik TFP sektor penyedia layanan TIK itu sendiri maupun TFP agregat secara keseluruhan. TFP adalah perbandingan antara output bersih dengan input (tenaga kerja dan modal) yang digunakan dalam produksi. TFP yang tinggi mencerminkan efisiensi produksi dan produktivitas yang tinggi, dan oleh karena itu, menjanjikan pertumbuhan ekonomi yang juga tinggi. Sebaliknya, TFP yang rendah mencerminkan efisiensi produksi dan produktivitas yang rendah, dan sebagai konsekuensinya, menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang juga rendah. Oleh karena itu, sekarang sudah banyak digital agency yang menawarkan jasa pembuatan company profile untuk membantu mempromosikan perusahaan secara digital.
Kedua, TIK dapat membantu meningkatkan produktivitas sektor-sektor lain yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Sebagai contoh, seperti dilaporkan McKinsey (2001) dan Triplett dan Bosworth (2002), penggunaan TIK telah membantu sektor perdagangan dan sektor jasa keuangan Amerika Serikat menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang paling penting di negara tersebut. Penelitian ini memfokuskan pada kinerja kesehatan keuangan perusahaan teknologi dan komunikasi di kawasan Asia Tenggara khususnya anggota ASEAN. Perusahaan teknologi dan komunikasi yang sehat secara keuangan diharapkan akan memberi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan ini. Sejauh ini kawasan tersebut telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dari tahun ke tahun. Meskipun sempat melambat karena adanya krisis ekonomi dunia di akhir 90-an, tapi kawasan ini tetap saja menjadi salah satu simpul ekonomi dunia. Sebagai contoh, kawasan seperti Johor, Batam, dan Thailand telah menjadi daerah sentra berbagai industri seperti elektronik dan otomotif. Kawasan kerjasama pertumbuhan ekonomi juga bermunculan seperti SIJORI (Singapura, Johor dan Riau). Tidak mengherankan kalau perusahaan-perusahaan dari kawasan Asia Tenggara berkembang menjadi perusahaan berkelas dunia seperti Petronas, Temasek, Singapore Airlines, San Miguel dan Telkom Indonesia. Perusahaanperusahaan teknologi informasi dan telekomunikasi juga banyak bermunculan di kawasan ini. Sebagai contoh perusahaan mikro prosesor Intel mengembangkan industrinya di Malaysia. Sedangkan EPSON dan Matsushita mendirikan pabrik di Batam. Saham perusahaan yang bergerak di teknologi informasi dan komunikasi seringkali menjadi saham blue chip di berbagai bursa. Di level dunia, contohnya adalah Sony, Nokia, IBM, Microsoft, Google dan Yahoo!. Sedangkan di ASEAN, contohnya antara lain saham-saham Telkom Indonesia, Singtel Singapura, dan Indosat.
Peran teknologi informasi dan komunikasi dalam pertumbuhan ekonomi dapat terjadi melalui tiga saluran yang berbeda (Achjari dan Susamto, 2008). Ketiga, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi akan mendorong investasi baru yang lebih masif. Sebagaimana investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di sektor lain, investasi perusahaan-perusahaan penyedia layanan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) akan secara langsung menyokong perubahan rasio modal per tenaga kerja (atau biasa disebut capital deepening) dalam perekonomian dan, pada gilirannya, akan meningkatkan output agregat. Lee dan Khatri (2003) mengkonfirmasi bahwa, untuk kasus Asia termasuk Indonesia, capital deepening merupakan saluran yang penting bagi dampak investasi TIK terhadap pertumbuhan ekonomi. Bahkan, saat ini sudah banyak perusahaan yang menggunakan digital agency yang menawarkan jasa pembuatan company profile untuk membuatkan websitenya.